Jiwa yang tenang itu berangkat dari kebaikan dan selalu memperlihatkan gejala-gejala yang normal. ia selamanya bertawakal kepada ALLAH, rela menerima rizki yang baik maupun yang Jelek, berjuang, konsisten terhadap kebenaran, tidak pernah mengeluh dikala mengalami cobaan dan malapetaka. jiwa ini senantiasa berusaha untuk memperoleh derajat tinggi:
maka situasi dan kondisi yang dialaminya senantiasa baik dan normal, tentram, sadar akan cahaya kebenaran dan Dzat ketuhanan, bersyukur, dan merasa dicintai oleh ALLAH SWT. ciri-cirinya yang prinsip adalah tabah, sabar, tawadhu', dan toleran dan malu. jiwa ini memandang kesenangan-kesenangan dunia kurang berarti, untuk itu ia senantiasa bersibuk diri dalam beribadah dan mengharap ridho ALLAH SWT. dalam Firman ALLAH SWT, dalam surat Al-Furqon ayat 63 yang artinya :
maka situasi dan kondisi yang dialaminya senantiasa baik dan normal, tentram, sadar akan cahaya kebenaran dan Dzat ketuhanan, bersyukur, dan merasa dicintai oleh ALLAH SWT. ciri-cirinya yang prinsip adalah tabah, sabar, tawadhu', dan toleran dan malu. jiwa ini memandang kesenangan-kesenangan dunia kurang berarti, untuk itu ia senantiasa bersibuk diri dalam beribadah dan mengharap ridho ALLAH SWT. dalam Firman ALLAH SWT, dalam surat Al-Furqon ayat 63 yang artinya :
" orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang yang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan"
sikap dan gejalanya yang menonjol adalah suka diam dan merenung, berpikir, merendahkan suara, tidak main-main dan urakan, serius dan yakin terhadap semua kreativitas yang dilakukan. jiwa ini memiliki karakter: sopan, jujur, konsisten terhadap sebuah pekerjaan, dapat menciptakan harmonisasi ketentraman dan kemauan orang yang bersangkutan. dan melihat dari gejala-gejala raut mukanya ia akan selalu nampak cerah, dan ketentraman yang ia alami buka semata-mata ketentraman yang dibuat-buat, akan tetapi memang benar-benar muncul dari suara bathinnya. sebagai tolok ukur jiwa ini adalah agama. ia dapat menundukkan kesenangan hawa nafsunya untuk menguasainya.ia beranggapan kesenangan dunia hanya bersifat sementara, karena kehidupan adalah jembatan dan cobaan.ia juga meyakini bahwa kehidupan yang kekal dan abadi hanya diakhirat kelak. sebagai bekalnya adalah takwa. ia bekerja bukan semata-mata untuk kesenangan dunia, tapi untuk meraih pahala yang sempurna dari Dzat Yang Maha Pencipta.
jiwa seperti ini tidak bergembira dengan sebuah pekerjaan, tidak bersedih hati dengan kerugian dan tidak suka mengkambing hitamkan sesuatu. ia yakin sepenuhnya terhadap perintah ALLAH SWT. dalam firman surat Al-baqoroh ayat 216 yang artinya :
"boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu"
dan firman ALLAH SWT. yang artinya:
" Tiada sesuatu pun yang menimpah di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab( Lauhil Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-NYA kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Al-Hadid : 22-23)
bertemu dengan Allah adalah merupakan kegembiraan bagi jiwa yang tenang, ia senantiasa memohon agar disegerakan dihadapkan pada kematian karena disitu terdapat balasan yang sempurna dan kebenaran yang kekal. semua itu disadari, agar menambah semangat dalam beribadah.
Penulis : DR. Nabih Rahman Usman
Penulis : DR. Nabih Rahman Usman